3 MIN READ

Kegemaran pada kopi dan inovasi mendorongnya untuk mengembangkan aplikasi geospasial menggunakan teknologi Esri untuk membantu aktivitas pemetaan pada hulu industri kopi, hingga memenangkan kesempatan sekali seumur hidup untuk menghadiri konferensi geospasial terbesar di dunia: Esri International User Conference.

Mahasiswa Teknik Geodesi Itenas Bandung, Rifqi Oktavianto, menjadi pemenang asal Indonesia pada kompetisi Esri Young Scholar Award (EYSA) 2019. Rifqi memenangkan kompetisi EYSA 2019 dengan tanikopi, yaitu sebuah aplikasi geospasial yang berfokus pada pengelolaan kebun kopi dengan memanfaatkan teknologi Esri.

EYSA adalah kompetisi berskala nasional yang merayakan keunggulan dalam studi geospasial, dan khususnya, penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memecahkan tantangan dunia nyata di masyarakat.

Rifqi berkompetisi dengan beberapa orang dari seluruh Indonesia untuk menjadi pemenang pada acara Esri International User Conference 2019 yang diadakan di San Diego, California, AS, pada 8 hingga 12 Juli 2019, di mana ia memamerkan aplikasinya kepada lebih dari 17.000 profesional SIG dari 150 negara. Selain itu, Rifqi juga berkesempatan bertemu pendiri dan presiden Esri, Jack Dangermond, dan berkenalan dengan pemenang EYSA lainnya dari seluruh dunia.

The first day of the Esri International User Conference
Hari pertama pada acara Esri International User Conference
Meeting Jack Dangermond and other Young Scholars in Special Achievement in GIS (SAG) award session
Bertemu Jack Dangermond dan pemenang Young Scholars lainnya dalam sesi penghargaan Special Achievement in GIS (SAG) award.

Menurut Rifqi, target pengguna aplikasi tanikopi merupakan petani kopi dan pengunjung kebun kopi. Petani kopi dapat merekam aktivitas rutin mereka secara digital dan geospasial. Selain itu, pengunjung kebun kopi juga dapat mempromosikan produk dari kebun kopi tersebut.

“Sebagai negara penghasil kopi terbesar keempat, sangat penting bagi Indonesia untuk memiliki teknologi geospasial untuk mendukung kegiatan pemetaan kebun kopi. Apalagi, hampir 96% kebun kopi merupakan kebun rakyat milik masyarakat. Jika aplikasi geospasial untuk sektor ini tersedia, petani kopi dapat merekam seluruh aktivitas rutin mereka dari awal hingga akhir masa panen kopi, bahkan memantau pola sebaran geospasial. Berdasarkan data ini, petani kopi dapat memutuskan kegiatan keesokan harinya untuk mengelola pertanian mereka dengan lebih baik,” ujar Rifqi.

Menyertakan pengunjung kebun kopi bertujuan untuk melibatkan mereka ke dalam infrastruktur kebun kopi dalam penyediaan data mengenai akses jalan dan perencanaan kegiatan kebun kopi. Hal tersebut adalah pertimbangan penting untuk meningkatkan keuntungan ekonomi. Keterlibatan dengan pengunjung kebun kopi untuk mempromosikan setiap kegiatan atau produk dari kebun kopiuntuk dinikmati masyarakat luas dapat membantu menjalin perdagangan langsung antara industri kopi hilir dan hulu.

Tanikopi menggunakan kombinasi dari beberapa teknologi Esri. Fitur utamanya yaitu menggunakan Survey123 for ArcGIS sebagai pengumpul data survei dan geolokasi dari kegiatan para petani kopi atau pengunjung kebun kopi – data yang diperoleh lalu divisualisasikan pada peta online. Integrasi peta online dengan Operations Dashboard untuk ArcGIS bertujuan untuk memantau distribusi secara geospasial dari aktivitas petani kopi, sedangkan Esri Web App mencantumkan aktivitas pertanian kopi yang dilaporkan oleh pengunjung perkebunan kopi. Semua proses ini menggunakan ArcGIS Online sebagai platform SIG berbasis cloud.

Pada babak final EYSA, para finalis dinilai oleh beberapa pakar yang mewakili sektor komersial, pemerintah, industri, dan akademik. Proyek para finalis EYSA harus memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui inovasi dan, tentu saja, penerapan teknologi Esri mereka.

Cahyo Nugroho, Chief Industry Solution Officer Esri Indonesia mengatakan, “Rifqi berhasil memanfaatkan teknologi Esri, dari ArcGIS online hingga pengembangan aplikasi mobile”. Para juri juga sepakat bahwa proyek Rifqi harus dikembangkan dengan integrasi data geospasial dari data pemerintah yang dapat diakses publik. Kolaborasi dengan latar belakang multidisiplin juga diperlukan agar proyek berkembang dan lebih fokus pada tujuannya.

“Jika pembangunan dilaksanakan, tanikopi bisa menjadi platform pertanian presisi masa depan di Indonesia,” tambah Cahyo.

Ketika ditanya tentang memenangkan EYSA, Rifqi mengatakan “Saya bukan petani kopi atau ahli, tetapi dengan latar belakang saya sebagai mahasiswa Geospasial, saya yakin saya dapat menerapkan pengetahuan dan ide saya dengan dukungan teknologi Esri untuk membantu banyak petani kopi di Indonesia. dengan tanikopi.”

Setelah menghadiri Esri International User Conference 2019 di San Diego, Rifqi memperoleh lebih banyak pengetahuan, mendengar cerita, dan melihat banyak proyek sukses lainnya – dengan pengalaman ini, ia berharap dapat menjadikan tanikopi sebagai startup geospasial di masa depan.

Untuk informasi lebih lanjut tentang perjalanan Rifqi, lihat story map dan vlog.

Lightbox: industry subscription