Industri minyak dan gas dihadapkan dengan tantangan baru setelah COVID-19. Teknologi geospasial memberikan solusi kepada berbagai organisasi untuk membuka jalan memasuki fase pemulihan.
Pada wawancara spesial ini, Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Arizon Suardon, Penjabat Sementara (Pjs) Direktur Utama PT Saka Energi Susmono Soetrisno, dan Solution Specialist Esri Indonesia Pachira Eizza Paramitha menjawab berbagai pertanyaan dari kelompok pengguna mengenai bagaimana organisasi dapat memanfaatkan teknologi geospasial untuk mendorong produksi minyak dan gas.
Sebelum membaca blog tersebut, simak presentasi Oil and Gas Community Event dari Bapak Jaffee, Bapak Susmono, dan Ibu Pachira.
Jaffee Arizon Suardon, Deputi Perencanaan | SKK Migas
Q. Apakah sekarang waktu yang tepat bagi perusahaan-perusahaan minyak dan gas untuk berinvestasi dalam big data atau haruskah mereka meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi cadangan sumber daya alam di Indonesia?
A. Saat ini Indonesia belum memiliki rencana tersebut, namun kami sedang berupaya memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan cadangan minyak dan gas. Para investor tertarik dengan cadangan sumber daya yang memiliki potensi “besar”, di mana pengembangan dari yang ada saat ini belum dapat menawarkan potensi sebesar itu. Indonesia harus bersaing dengan negara lain dan kita memiliki banyak pilihan bagi investor. Pemerintah juga harus berpartisipasi dalam pengembangan cadangan sumber daya yang “besar” guna menambah sumber daya yang ada seraya meningkatkan kualitas data.
Q. Terkait SIG, seberapa penting peran ahli geografi di sektor minyak dan gas?
A. SIG berperan sangat penting dalam menjalankan evaluasi terintegrasi. Strategi eksplorasi tidak memiliki batasan. Persiapan sebuah strategi eksplorasi dilakukan dengan menerapkan EMV (Expected Monetary Value), di mana pengetahuan dari berbagai sudut pandang sangat krusial.
Susmono Soetrisno, Penjabat Sementara (Pjs) Direktur Utama | PT. Saka Energi
Q. Apakah pengembangan Manajemen Data Perusahaan (CDM) PT Saka Energi dilakukan secara in-house atau menggunakan aplikasi yang ada di pasaran?
A. Ide dan konsep pengaplikasian CDM Saka dikembangkan secara in-house berdasarkan diskusi dengan para pengguna (tim Geologi dan Geofisika). Proses pengembangan juga dibantu oleh konsultan lokal PT Horizon Perdana Internasional (HPI). Platform tersebut kemudian dikembangkan menggunakan program web berbasis .NET dengan mengintegrasikan ArcGIS Server untuk interface peta berbasis web dan LYNX UK Information System untuk on-the-fly Seismic dan Well Log Viewer.
Q. Seberapa efisien penggunaan akuisisi drone data selama proses monitoring operasi pengeboran?
A. Akuisisi drone data di PT Saka Energi melibatkan profesional layanan drone dari pihak ketiga. Proses ini mendukung efisiensi dengan memonitor aktivitas pengeboran, di antaranya:
1. Akusisi Lahan (proyek darat) atau survei penyelidikan (proyek lepas pantai) – Pemetaan dasar kondisi sosial dan fisik di permukaan dan di sekitar lokasi sebelum kegiatan pengeboran.
2. Pelaksanaan pengeboran – Pemantauan kondisi fisik lingkungan dan aktivitas sosial di sekitar lokasi pada saat pengeboran.
3. Pasca pengeboran – Mendeteksi dan memastikan bahwa kegiatan pengeboran tidak meninggalkan dampak negatif terhadap fisik lingkungan dan aktivitas sosial di sekitar lokasi pengeboran.
Q. Bagaimana struktur organisasi PT SAKA Energi dalam mengelola data spasial untuk disimpan dan ditampilkan pada SIG?
A. Struktur pengelolaan data spasial di SAKA secara umum dibagi ke dalam tiga fase, yaitu:
1. Fase Akuisisi – Fase ini biasanya dilakukan oleh kontraktor pihak ketiga di bawah pengawasan departemen terkait sebagai pemilik proyek. Misalnya, pengambilan data survei dasar laut dilakukan oleh kontraktor survei laut dan diawasi oleh tim pengeboran.
2. Fase Manajemen – Fase ini dilakukan oleh tim E&P Data Management dan meliputi proses ekstraksi, pemindahan, dan loading ke Corporate Spatial Database.
3. Fase pemanfaatan – Fase ini meliputi pembuatan layanan peta, pengembangan Web GIS dan aplikasi berbasis dasbor. Proses ini dilakukan oleh tim E&P Data Management dan melibatkan end user sebagai pemilik dan pengguna data.
Pachira Eizza Paramitha, Solution Specialist | Esri Indonesia
Q. Jenis data apa saja yang dapat digunakan untuk membuat fence diagram?
A. Data 2D diperlukan dalam bentuk garis yang mewakili area yang ingin Anda buat dan tampilkan di fence diagram. Proses ini juga membutuhkan data 3D untuk digunakan sebagai input dalam membuat fence diagram.
Q. Apakah Anda dapat membuka data seismik SEGY dalam bentuk 2D dan 3D?
A. Untuk saat ini, beberapa rekanan Esri telah mengembangkan solusi yang memungkinkan integrasi data seismik dengan ArcGIS. Proses menampilkan data seismik pada ArcGIS Pro dapat dilakukan dengan menggunakan ekstensi tambahan yang disediakan oleh rekanan Esri, seperti Data Assistant dari Exprodat atau Subsurface Portal for ArcGIS dari Geocap.
Q. Apakah ada instrumen yang dapat melakukan analisis 3D pada ArcScene – khususnya slicing dan cross section?
A. Perangkat untuk melakukan slicing dan pembuatan cross section tidak tersedia di ArcScene. Proses slicing interaktif dan pembuatan fence diagram (penampang melintang) merupakan beberapa fitur yang hanya tersedia di ArcGIS Pro.
Q. Apakah sumber data yang dikelola oleh aplikasi EPIC terletak di server lokal atau di AGOL?
A. Sumber data yang dikelola dan divisualisasikan dalam aplikasi EPIC berlokasi pada server lokal milik Pertamina EP.
Untuk informasi selengkapnya tentang solusi SIG untuk industri minyak dan gas, jadwalkan meeting dengan spesialis kami untuk mengetahui pemanfaatan platform.