4 MIN READ

Industri pertambangan Indonesia sedang dalam proses peningkatan pertumbuhan ekonomi masa depan dengan memanfaatkan teknologi geospasial. 

Pada wawancara spesial ini, Dr. Muhammad Wafid A.N. dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Firman Setiabudi dari PT Freeport Indonesia, dan Khairul Amri dari Esri Indonesia menjawab berbagai pertanyaan dari komunitas pengguna mengenai bagaimana teknologi geospasial dapat membantu produksi pertambangan jadi lebih berkelanjutan.

Sebelum Anda membaca blog tersebut, simak presentasi Mining User Group Event.

Dr. Muhammad Wafid A.N., Direktur Program Pengembangan – Sumber Daya Mineral dan Batu Bara | Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia

Q. Apakah ada rencana untuk melakukan sinkronisasi data dari fitur geoportal yang ada dengan data dari kementerian lain (seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)?

A. Kami memang memiliki rencana untuk mengintegrasikan data dengan kementerian lain, namun pertama-tama kami harus menyelesaikan tantangan dalam melakukan sinkronisasi platform secara internal. Untuk saat ini, kami tengah berfokus pada penyesuaian aplikasi yang ada di divisi Mineral dan Batu Bara, dan pusat data (Pusdatin). Kami sedang berupaya menyediakan big data untuk pertambangan di masa depan sehingga dapat memudahkan kami dan investor untuk mempelajari dan menganalisis komoditas mineral dan batu bara.

Firman Setiabudi, Superintendent Geographical Information Services | PT Freeport Indonesia

Q. Infrastruktur komputer dan internet seperti apa yang digunakan pada Portal GIS Freeport untuk mengelola file data berukuran besar seperti update drone, topografi serta data real time?

A. Dibutuhkan spesifikasi yang relatif tinggi yang ditentukan oleh dua parameter. Yang pertama adalah meyakinkan bahwa sistem tersebut telah memenuhi persyaratan minimum untuk ArcGIS Server. Sensitivitas data tidak terlalu tinggi, sehingga kami dapat menggunakan sistem cloud. Penggunaan ArcGIS Online dengan skema perusahaan penting untuk memecahkan masalah infrastruktur, dan mengelola stabilitas sistem. Elemen yang paling utama untuk ArcGIS Online adalah kualitas dan keandalan koneksi internet.

Parameter spesifikasi infrastruktur kedua adalah data itu sendiri. Kami memiliki rangkaian data volume di IMK Gold, yang merupakan jenis data yang berbeda untuk dikelola – seperti Raster, Vector, pemrosesan dan koneksi database online – serta manajemen data yang masih harus dibangun. Banyak data yang harus diperbarui secara live dan online, sehingga infrastruktur menjadi lebih kompleks dibandingkan dasbor GIS yang menggunakan banyak informasi statistik. Sistem kompresi pada WebGIS dan ArcGIS Portal terbukti membantu mengelola big data, termasuk data raster berukuran besar.

Q. Dengan lokasi Freeport yang terpencil dan berada di bawah tanah, bagaimana Anda menjaga data untuk tetap real time?

A. PT. Freeport Indonesia menggunakan ArcGIS-Server dengan intranet perusahaan yang tertutup dan terbatas serta memanfaatkan koneksi intranet yang relatif cepat. Infrastruktur koneksi jaringan yang baik telah tersedia di setiap area operasi pertambangan kami. Data real time dan data yang nyaris real time menghubungkan Sistem WebGIS Portal kami. Data tersebut berasal dari berbagai metode sebagai berikut:

  • Menggunakan pengatur jadwal data: Berhubung teknologi tersebut telah dikembangkan lebih dari 10 tahun yang lalu, ini merupakan metode yang paling mendasar – data yang diperlukan dijadwalkan untuk disalin ke table yang spesifik. Pengatur jadwal tersebut juga dapat menjalankan beberapa skrip (VB atau Python) secara bersamaan. Data kemudian akan digunakan untuk memperbarui informasi kontekstual menurut frekuensi tertentu pada pengatur jadwal.

  • Memberikan input data dari sistem database lain: WebGIS-Portal terhubung dengan sistem database lain untuk menyinkronkan data. WebGIS dapat memperbarui rangkaian data menjadi sistem menurut pengaturan koneksi database.

Khairul Amri, Solution Strategist Manager | Esri Indonesia

Q. Observasi geotech yang ditampilkan pada presentasi Anda memperlihatkan model 3D. Apakah hal tersebut diaplikasikan di lapangan? Jika ya, bagaimana bentuknya dan apa metode yang digunakan untuk mengobservasi pergerakan lempeng?

A. ArcGIS tidak digunakan untuk mengelola proses akuisisi data 3D, namun hanya membaca dan memproses data, serta menganalisis dan memvisualisasikannya pada web, desktop, atau perangkat mobile lainnya. Beberapa perusahaan memiliki pemindai laser sendiri yang dapat menghasilkan data LiDAR (weld). Data LiDAR tersebutlah yang kami proses pada ArcGIS. Metode yang dapat dilakukan untuk mengobservasi pergerakan lempeng yaitu dengan membandingkan antara surface topography pada waktu tertentu dan pada waktu setelahnya. Jika terdapat perbedaan elevasi meskipun pada area tersebut tidak dilakukan penggalian, maka hal ini dapat menjadi indikasi adanya pergerakan lempeng. Membuat surface topography dapat dilakukan dengan menginterpolasi nilai pada titik-titik data LiDAR, agar keseluruhan area memiliki nilai elevasi, yang kemudian dilakukan extrusion untuk menampilkan surface tersebut dalam bentuk 3D.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi spesialis kami tentang bagaimana memaksimalkan pemanfaatan paltform ini.

About the Author

Wafid ESDM
Dr. Muhammad Wafid A.N.
Director of Development Program Mineral Resources and Coal
Ministry of Energy and Mineral Resources, Indonesia
Dr. Wafid leads the mineral resources and coal development program for the Ministry of Energy and Mineral Resources.
Firman Setiabudi profile
Firman Setiabudi
Superintendent Geographical Information Services
PT. Freeport Indonesia, Indonesia
Setiabudi has over 26 years' experience in the field of Complex Geomatics Services, specifically in the fields of GIS and remote sensing in the private and public sectors.
Khairul Amri
Khairul Amri
Solution Strategist Manager
Esri Indonesia

Lightbox: industry subscription