Pada tahun 2017, badai merusak fasilitas Penyimpanan dan Pembongkaran Produksi Terapung (FPSO) bawah laut lapangan migas Langsa di Selat Malaka – sekitar 100 kilometer sebelah timur Aceh, Indonesia – sehingga menghentikan sementara operasinya.
Program restorasi yang dilakukan menunjukkan kurangnya hambatan yang tervalidasi dan terbatasnya data sumur, yang keduanya merupakan tantangan besar dalam melanjutkan operasi dengan aman.
Dengan fokus utama pada pengamanan sumur Langsa dan merancang strategi baru untuk akuisisi data, tim tanggap darurat merekrut ahli geomatika dan GIS dari seluruh organisasi untuk membangun landasan bagi integrasi, analisis, dan visualisasi data.
Kendaraan yang dioperasikan dari Jarak Jauh (ROV) dikerahkan untuk mengumpulkan data batimetri yang akurat, dan dikelola dalam Model Data Survei Dasar Laut (SSDM) untuk mengukur tingkat kerusakan.
Dengan memasukkan data ke dalam pemodelan geologi bawah permukaan, diperoleh representasi profil dasar laut yang komprehensif dan akurat, termasuk lingkungan bawah laut serta geologi bawah permukaan.
Visualisasi data 3D dan kontekstualisasi lingkungan bawah permukaan memberikan pandangan holistik lanskap geospasial yang kompleks kepada para eksekutif di Pertamina, sehingga memungkinkan proses pengambilan keputusan berdasarkan informasi dan data yang akan membantu memulai kembali aktivitas produksi di Lapangan Langsa.
“Ini untuk pertama kali-nya di Asia Tenggara, pembuatan representasi 3D bawah laut yang komprehensif menggunakan fotogrametri stereo bawah laut 3D.” Ujar Puguh Sarwanto, Lead Specialist Pertamina – Innovation Geomatic.
Memanfaatkan keahlian geomatika
Keberhasilan implementasi proyek ini tidak terlepas dari para ahli geomatika.
Mulai dari kegiatan geodesi dan survei hingga pengelolaan data geospasial, visualisasi, dan analisis, tenaga ahli professional di bidang ini memainkan peran penting.
Paraa ahli memastikan akses cepat terhadap integrasi data dan informasi terpercaya, menghadirkan insight yang berharga bagi para ahli teknis dan tim manajemen.
Proyek ini secara strategis memanfaatkan ArcGIS sebagai sistem yang komprehensif, yang berfungsi sebagai tulang punggung untuk mendukung restorasi kompleks Langsa.
ArcGIS memfasilitasi pengelolaan data yang efisien, visualisasi yang kuat, dan analisis mendalam, memberikan kontribusi signifikan terhadap integrasi aspek geomatika dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan di seluruh siklus hidup proyek.
Keselamatan dan lingkungan
Untuk kompleks Langsa, konvergensi data seismik, pemahaman datum vertikal, dan perencanaan survei yang cermat merupakan landasan keberhasilan proyek restorasi ini.
Namun, masalah keselamatan dan lingkungan tetap menjadi hal yang terpenting, dan untuk memastikan kegiatan operasi di lapangan Langsa berlangsung aman oleh karena itu proses pemantauan personel, infrastruktur, dan lingkungan juga menjadi prioritas dalam manajemen proyek ini.
Perjalanan ini merupakan orkestrasi berlapis-lapis, dan ini akan memberikan rekomendasi yang tepat mengenai proses komisioning ulang.
Konklusi
Didukung oleh wawasan berbasis GIS dan keahlian geomatika, program restorasi Langsa menetapkan standar regional baru untuk mengatasi tantangan langsung yang diakibatkan oleh insiden kritis. Meskipun berkontribusi terhadap dimulainya kembali produksi, wawasan yang diberikan akan memberikan informasi bagi strategi masa depan dan praktik industri untuk restorasi dan eksplorasi bawah laut.
Hubungi kami untuk berdiskusi tetang solusi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi Anda.