3 MIN READ

Menurunnya jumlah lahan hutan dianggap sebagai faktor penyebab kerusakan lingkungan. Di sisi lain, pengembangan lahan pertanian dan perkebunan sangat diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan ekonomi masyarakat.

Oleh karena itu, data serta informasi yang akurat dan terkini tentang dinamika perubahanjumlah lahan diperlukan sebagai landasan bagi pemerintah untuk menetapkan berbagai kebijakan yang bersifat antisipatif dan responsif, terkait dengan agenda berkelanjutan Indonesia dalam melindungi dan mengatur sumber daya hutan dan lahan secara berkelanjutan.

Melalui dukungan United Nations Development Program (UNDP), Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (Fahutan) IPB University, dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dikembangkanlah aplikasi seluler dan juga sistem pemantauan perubahan jumlah lahan hutan berbasis SIG

Hasil dari aplikasi dan sistem tersebut adalah sebuah WebGIS EcoSystem, sebuah platform pemantauan yang dapat diakses melalui aplikasi mobile INA-Alert (Indonesia Alert System). Pengembangan aplikasi ini didukung oleh Esri Indonesia melalui program hibah lisensi perangkat lunak Esri untuk kepentingan pendidikan dan penelitian di IPB University.

WebGIS EcoSystem screengrab

Wakil Rektor IPB University Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi, Prof. Dr. Dodik Ridho Nurrochmat mengatakan, sistem monitoring ini merupakan upaya awal IPB University untuk memberikan kontribusi yang bernilai penting pada sektor kehutanan, perkebunan, dan sektor berbasis lahan lainnya.

“Hal ini menjadi sangat penting karena data yang dapat diberikan melalui perangkat perubahan penggunaan lahan ini mencerminkan kondisi nyata di lapangan sehingga hasil yang dihasilkan tentunya data yang akurat,” kata Prof. Dodik saat peluncuran WebGIS EcoSystem dan INA-Alert.

Virtual launch of WebGIS EcoSystem and INA-Alert
Prof. Dodik (baris bawah, pertama dari kiri) pada peluncuran virtual WebGIS EcoSystem dan INA-Alert bersama para tamu.

“Data perubahan penggunaan lahan dapat kita temukan secara real-time dan data yang digunakan untuk perencanaan pengelolaan lahan bisa lebih tepat dan akurat. Harapannya, dengan adanya perangkat pemantau perubahan penggunaan lahan ini, pengelolaan lanskap hutan dan perkebunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan”.

WebGIS EcoSystem memiliki tampilan peta informasi spasial dan dasbor tabulasi, serta menampilkan berbagai jenis data spasial terkait perubahan fungsi lahan dan komoditas pada periode tertentu untuk kelapa sawit, padi, kakao, kopi, dan karet. Hasil deteksi dini perubahan fungsi lahan juga dapat ditampilkan dengan analisis devegetasi melalui sistem peringatan dini.

Dengan dukungannya, INA-Alert dapat memvalidasi perubahan fungsi lahan yang dihasilkan oleh sistem peringatan dini. Melalui aplikasi tersebut, masyarakat idealnya dapat berpartisipasi langsung dalam sistem pemantauan pertanahan di Indonesia dengan memberikan informasi yang akurat dari lapangan.

WebGIS EcoSystem screengrab

Selain itu, WebGIS EcoSystem juga menampilkan peta nasional yang menunjukkan sebaran komoditas kelapa sawit, beras, kakao, kopi, dan karet pada periode tertentu. Juga memberikan layanan kepada pengguna untuk menjalankan perhitungan atau analisis statistik sederhana, baik berdasarkan batas administrasi (kecamatan, kabupaten, dan provinsi), atau batas tanah lainnya.

Secara bersamaan, WebGIS EcoSystem dan INA-Alert diharapkan dapat menyediakan data dan informasi yang menjelaskan dinamika perubahan fungsi lahan di Indonesia, khususnya yang disebabkan oleh intensifikasi pertanian, secara akurat.

Lightbox: industry subscription